Jumat, 09 Juli 2010

Shulda Wulda Coulda

Shoulda Woulda Coulda, atau bahasa benernya 'should've, would've, could've' Tau maksudnya ga? Ternyata itu adalah sebuah pertanyaan teoretis bwat diri kita sendiri, yang berhubungan dengan sesuatu yang terjadi dalam hal seharusnya, nyatanya, dan inginnya kaya gimana. Kita coba contoh paling deket, yang selalu kita ketahui, kota Bandung, sebagai kota yang masih berkembang menjadi metropolitan (atau megapolitan). Kira-kira apa saja yang mestinya harus dilakukan oleh para pemerintah dan penduduk kota Bandung ini daripada harus migrasi ke kota lain dengan alasan tidak nyaman, pikirin dulu tentang tata kota Bandung ini.
1. Pejalan kaki adalah raja di trotoar?
Dulu: Kota mana sih yang memang menjadi tempat buat pejalan kaki merasa nyaman? Banyaknya pohon rindang sudah tentu suhu kota Bandung segar juga, dengan begitu para pejalan kaki bisa berjalan dengan santai.
Sekarang: Tempat dimana para pejanal kaki berada menjadi tempat untuk berjualan para PKL, belom lagi ada motor yang make trotoar, pohon juga sebenernya posisinya yang ga tepat karena terus tumbuh menjadi pengahalang tersendiri, saat ditebang hasilnya malah kegersangan pada jalan yang membuat pejalan kaki ogah bwat berjalan-jalan santai. Dan membuat bahaya kecelakaan tinggi, karena para pejalan kaki terpaksa berjalan di tepi jalan yang sama saja dengan memanggil maut.
Harapan Nanti: Dengan dipindahkan para PKL ke tempat yang tepat, pasti para pejalan kaki akan senang berjalan kaki lagi dan bangga memakai trotoar sebagai tempat bagi pejalan kaki, dengan efek domino itu pula maka polusi udara bisa dikurangi dengan memilih berjalan kaki.
2. Bangunan tua dan antik dilindungi?

Dulu: Sebenernya H.W Daenles ga hanya menjajah dan memeras keringat plus darah kita disusul oleh orang Londo lain seperti J.P Coen, tapi dengan para arsiteknya, kota Bandung diwarisi bangunan antik yang sangat indah. Di seluruh penjuru kota, seperti Dago, alun-alun, dan Braga sebenernya hanya sebuah contoh kecil yang ada. Dengan fungsi yang bermacam-macam dari pusat pemrintahan sampai rumah pribadi pun juga ada.
Sekarang: Bangunan-bangunan tua yang indah dan antik itu sekarang hanya kenangan saja, jangankan dilihat, diketahui saja hampir sulit, dengan perawatan yang seadanya membuat bangunan-bangunan menjadi tempat yang memberikan kesan angker. Belum lagi orang-orang menggantinya (merubuhkan) menjadi tempat pusat perbelanjaan yang baru. Bangunan yang menjadi saksi bisu suatu negara (ingat penjara Sukarno di Sukamiskin?) semakin tidak terawat.
Harapan Nanti: Jika dilindungi dan direnovasi bangunan itu sekali lagi efek domino akan terjadi, sudah semakin indah, banyak pula wisatawan datang yang menadatangkan pendapatan bagi kota, kalo dari mancanegara, selamat! kota Bandung akan menjadi kandidat kota wisata yang pasti mendatangkan devisa bagi Indonesia sendiri.
3. Museum-museum di Bandung sering dikunjungi ?
Dulu: Museum adalah tempat dimana sejarah dikumpulin dan menjadi pedoman bagi negara dan bangsa ini. Mulai dari batu sampai manusia juga bisa dipajang disana, pengetahuan bertambah, rasa nasionalisme juga bisa bangkit dari tidur lama kita juga lho..
Sekarang: Terakhir ke museum kapan? Paling banter pas SD doank, ama pacar ato ama temen-temen? Bah, paling juga dateng cuma bwat foto-fotoan doank trus masukin di Pesbuk tanpa ada sesuatu yang lebih berguna dari foto yang gayanya sok imut itu. Wajar saja, keadaan museum sekarang pasti yang diinget cuma hantunya, angkernya dan suramnya.
Harapan Nanti: Jika diberi tata letak dan suasana yang ngedukung dah pasti semua orang juga senang pergi ke museum dengan bukan alasan untuk foto-foto ria saja. Tapi juga dengan mencari jati diri dari bangsa ini.
4. Sungai Sudahkah Bersih ?
Dulu: Sungai adalah media antara penjual dan pembeli yang murah meriah bisa berada di situ. Sungai berasal dari air dimana air sangat penting bwat kehidupan untuk siapapun juga di bumi ini. Sungai adalah salah satu pembatas kota yang sangat strategis dan tidak bisa diganggu gugat. Dimana dari sungai bisa langsung ke laut untuk berdagang. Kegunaan sungai bagi kota Bandung pun juga penting sebagai suplai air minum. Dan untuk hydran air pemadam kebakaran.
Sekarang: Pernah berenang di sungai? Ahh jaman gini berenang di sungai yang kotornya minta ampun. Males banget deh. Sudah kotor membuat mampet drainase kota. Hasil akhirnya, banjir. Pas banjir pemerintah disalahkan. Loh, yang buang sampah sembarangan siapa malah? Begitu gambling game dimulai semua masalah menjadi tidak ada apa-apanya lagi. Semua pasti ada hubungannya ama uang-uang dan politik.
Harapan Nanti: Meskipun mustahil, tapi kita benar-benar harus bisa membuat kita dan orang lain menaati peraturan yang sudah dibuat oleh yang berwenang. Negara paling kacau adalah negara yang paling banyak peraturannya. Sudah aturan jangan membuang sampah, ada lagi aturan yang mirip juga padahal intinya sama. Maka cap kita sebagai negara kacau makin banyak. Dengan bersihnya aliran sungai yang paling ditakutin kaya banjir pasti bisa dihindari, tau negara Belanda? Dengan sungai aja mereka bisa mendatangkan devisa untuk negaranya. Masa kita negara jajahannya kalah, dimana-mana tuh yang namanya murid harus lebih pintar daripada gurunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah bersedia membaca blog ini...
Silahkan memberi komentar untuk saran dan kritik yang tidak pedas agar BlogSpot ini bisa berkembang....